Langsung ke konten utama

Perempuan

Di kejauhan
Tawamu tersembunyi dibalik kesunyian
Petilasan langkahmu tersisa di kala senja tiba
Sebuah cerita tentang asa

Ada kekuatan tersimpan di rongga dada
Mencuri hari-hari yang tidak punya kepastian

Ada kelembutan di kedua tangan
Melahirkan keajaiban

Di kejauhan…
Aku melihat seorang perempuan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

A journey

Januari 1990, Marabahan-Kalimantan Selatan Matahari sedang bergerak ke arah barat. Gadis kecil berambut ikal itu berlari kecil dengan tongkat pancing di tangan kanannya. Ia berusaha menyeimbangkan langkahnya di pematang bambu yang menghubungkan halaman rumahnya dengan jalanan setapak yang dipisahkan oleh kali kecil. Adik perempuannya yang bermata sipit dan berbadan lebih gemuk mengikutinya dari belakang sambil membawa ember kecil berwarna hitam berisi beberapa ekor ikan sepat. Keduanya hanya mengenakan kaos dalam berwarna putih (yang sekarang penuh dengan noda lumpur) dan celana pendek. “Dik, ayo cepat. Nanti kalau Mama pulang kita belum mandi pasti dimarahin lagi,” kata gadis berambut ikal itu sambil membuka pintu kayu rumahnya dari samping. “Ikannya disembunyikan di mana?” tanya adiknya yang masih berdiri di belakangnya. Kakaknya diam sejenak sambil menoleh ke kanan dan ke kiri. “Taruh di bawah rumah aja. Nanti kalau Mama sudah pulang kita lepaskan lagi ke kali,” jawab kakakn...

Lady Gray

Frozen Lily is a heart Touched by Grace but lost Chaos in the light by surpriced Flow but stuck.... Aku membuka mataku perlahan. Sedikit sinar keputihan menyilaukan mataku saat kelopak mataku mulai terbuka. Di mana aku?! Langit-langit ruangan ini, warna dindingnya; di mana ini?! Aku berusaha menggerakkan tangan dan kakiku. Tidak bisa! Seolah-olah tubuhku membeku dan lumpuh tanpa kekuatan. Hanya kepalaku saja yang masih dapat kugerakkan. Aku mengitari ruangan tempat aku terbaring dengan mata dan seluruh kekuatanku yang tersisa. Rasanya aku lelah sekali. Ruangan ini nyaris tanpa perabotan. Hanya ada satu kursi dan satu meja di sudut dekat pintu. Ya...hanya itu perabotan yang bisa kulihat. Aku terbaring di atas tempat tidur yang sempit meskipun rasanya nyaman terbaring di sini. Ada banyak jendela besar di ruangan ini. Tapi semua masih tertutup tirai berwarna perak tua. Lampu-lampu kristal melayang-layang di atasku; tidak bergantung di langit-langit. Setiap aku mengalihkan pandangan...